Jam Sekarang
Tanggal
Salam Sapa :
Status Admin :
User : Online Users

Kamis, 29 September 2011

0 Profil Marapu

07.58 Under From Unknown
[ 0 Comment]


Pada awalnya reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Banyak yang bilang musik reggae menghembuskan nafas perdamaian, persatuan, dan kesetaraan umat manusia. Reggae juga merupakan salah satu bentuk perjuangan dan juga bentuk ungkapan jeritan kaum papa terhadap ketimpangan sosial dan ketidakadilan. Reggae juga bisa membuat siapapun yang menikmatinya berjoged ceria.

Jogjastock.com mencoba bertemu dengan salah satu personil band Marapu. Seperti yang sudah diketahui, Marapu merupakan salah satu band reggae di Jogja. Yanto, vokalis Marapu tentu mempunyai pandangan berbeda mengenai reggae. “Musik reggae di mata saya pribadi adalah sesuatu yang sudah menjadi bagian hidup saya”, ungkap Yanto kepada Jogjastock.com. Beberapa orang juga menganggap ‘orang reggae’ punya gaya hidup yang berbeda dengan orang biasa, “gaya hidup orang reggae sebenarnya tidak banyak berbeda dengan orang lain, cuma kembali ke individu masing-masing, ada yang bilang reggae lebih santai, bebas, sederhana, menurut saya gaya hidup tidak paten harus begini atau begitu”, tambah Yanto.

Sebagian besar orang menganggap orang reggae itu rambutnya gimbal. Yanto punya pendapat sendiri mengenai rambut gimbal, “reggae ga harus berambut gimbal, sebagian besar memang iya, tapi itu tidak mutlak, buktinya banyak musisi luar besarin musik reggae tapi musisi tersebut ga berambut gimbal, jadi bagi saya reggae cukup gimbal di hati, hahaha”. Memang reggae identik dengan gimbal, walau ga semua musisi reggae berambut gimbal.

Sumber jogjastock.com
Read More »

Senin, 26 September 2011

0 Profil Imanez

08.50 Under From Unknown
[ 0 Comment]
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUwDwbcwRUosZQsDKHoQ-uZPIy3kKoCRdPahYvkq1_iuEJ__q55oLuLggHQdZ5UH9tjN5AFftEI6eri3AOQbe34TW-20SHmLIUdp4hqirt6vxupRX8_Oxlj0Eosvn_EuhtBu9qI-RD0rU/s1600/im.jpeg

Abdul Firman Saad nama lengkap Imanez, meninggal 22 Juni 2004, persis di hari ulang tahunnya yang ke-36 di RS Kanker Dharmais. Ayah dari Vagna Diandra Putri ini, selain meninggalkan keluarganya, ia juga meninggalkan sejumlah kenangan manis, kenangan kreatif pada sahabat karibnya dan sejumlah seniman musik di tanah air.

"Iman adalah sosok yang kreatif, penuh energi, spontan dan tentu saja memberikan kontribusi cukup besar untuk karya teman-temannya," terang Oppie Andaresta, salah seorang karib almarhum. Oppie lebih jauh melihat dia sebagai sosok inspirator. "Dia salah satu musisi dengan multi talent. Buat kita, Imanez seperti Lenny Kravitz, yang bisa memainkan semua instrument musik”.
Di masa hidup pencipta sejumlah hits reggae Anak Pantai, Ikan Bakar, Sunset, Tequila Sunrise, Playboy, Tropical Rembulan dan Samalona ini, sangat dekat dengan Nyanya, sapaan sayang putri tunggalnya dan selalu memotivasinya dalam dunia seni dan pendidikan. Kini Nyanya, mulai menguasai instrumen gitar bass seperti ayahnya, dan tengah menuntut ilmu di Yogyakarta.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuhP-XJF6kBGrNiS_4yGEfynY8EOJ42JcnsyOAsDvZxTXWbyxzRXZN219rl7U7J9HLaRJDVWNB-LWQ_Rxnf-m3lAHAV-yX-2o71ESfGCQE9PTOLAV8xm4mhJv-ey9EszxVd2S_C9mQUaFa/s320/Imanez2-.jpg 

Dalam sejarahnya Imanez pernah membentuk grup Speedy Beetle dan Metalover itu, tercatat sebagai musisi yang mengemas musik reggae, bukan sekadar tempelan, baik aransemen maupun tema lagunya, sebagai bukti totalitas Imanez terhadap musik reggae. Bahkan Imanez bisa dibilang telah memberi warna dalam industri musik Indonesia serta menebar inspirasi pada remaja era 90-an.

Sayang, almarhum belum sempat melahirkan komunitas reggae. Tapi harus diakui, dia adalah inspirator bagi sejumlah musisi, terlebih mereka yang memilih reggae sebagai media ekspresinya saat ini, seperti Steven & Coconut Treez dan Tony Q & Rastafara.

Karir musikal Imanez memang sempat terhenti lama, setelah merilis album keduanya pada 1995. Tapi aktifitas musikalnya tetap eksis. Iman, panggilan sayangnya, sempat mencipta lagu untuk Paramitha Rusady dan Elsa Sigar. Seperti tak pernah kehabisan enerji kreatif, beberapa pekan sebelum wafat, ia telah merampungkan album ketiganya yang kemudian disodorkan kepada Bimbim dan mengajaknya untuk kerja sama. Sayang belum sempat terwujud, Imanez keburu berpulang ke Rahmatullah.

"Insya Allah, semua sahabat karib almarhum semasa hidupnya, akan memberikan dukungan pada album ke-3 tersebut," jelas Ivanka, bassist Slank. Menurutnya, beberapa dari musisi pendukung acara Berbagi Rasa Bersama itu, akan terlibat pula dalam penggarapan album ke-3 almarhum.

"Inilah cara kami, teman-taman Imanez, menghormati dia sebagai seorang teman musisi yang kreatif, berbakat dan menyenangkan. Kami mengambil spirit Imanez, ingin spirit seninya tetap hidup. A Tribute to Imanez adalah merayakan kehidupan itu sendiri. Semoga sampai saat ini, almarhum senantiasa berada disisi terdekat dari Sang Pencipta. Amien," imbuh Oppie yang akan tampil bersama Krisdayanti, Syaharani, Melanie Soebono, Kaka, Tony Q, Iwa K, Ipang, Giri, Steven & Coconut Treez, Otto Jam, Pulau Biru Jammin, Bongky, Anda, Abdee, Ridho, Bonita, Bimbim, Njet, Indra Q dan lainnya di Hard Rock Café Jakarta, pada 21 Juni 2006.

Sumber invisionfree.com
Read More »

Minggu, 25 September 2011

0 Profil Cozy Republic

09.58 Under From Unknown
[ 0 Comment]
http://mp3indo.net63.net/wp-content/uploads/2008/12/cozy-republic-republik-uye.jpg

Pada tahun 2006 dengan menjadi salah satu band yang mengisi kompilasi Music Factory bentukan Kentucky Fried Chicken dengan single Bisa Setia (Double Platinum) menjadi awal terbentuknya Cozy Republic. Pada tahun 2008 dibawah  label Green Labs di produseri Ivanka Slank, Cozy Republic merilis album pertama dengan judul Republic Uye.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6LXhBt1j9Pij-7FSWDlDOy8q2xNVjfJ-q5CHEMHeWOZ32tkRTmgJhGW4qZ67gM-bJY3iqojZx5aBvkZqBdoKYQFbu5IsVOcLfxsS6wibQU7Hv6mZgmzH4BuCctlOjFJDo9j_V8ZE0cAq0/s1600/38323_418148548709_723268709_4740338_4843691_n.jpg

Dengan formasi Cozy Bastian (Vocal, Lead Guitar), Edmond (Keyboard, Backing Vocal), Gannes (Drum), Renold (Guitar, Backing Vocal), Fany (Bass, Backing Vocal), dan Adi (Perkusi, Backing Vocal).
Di tahun 2010 Cozy Republic kembali menggeliat dan merilis album baru bertitle Cinta 17an. Dengan format band yang baru yang ditandai dengan masuknya Indha (Keyboard), dan Rival (additional bass) untuk melengkapi barisan Cozy Bastian (vokal), Reynold (gitar), dan Luthfi (drum).

Untuk dapat mengetahui info-info terbaru tentang Cozy Republic silakan kunjungi Facebook Cozy Republic, dan Reverbnation Cozy Republic. Atau jika Anda ingin mengetahui karya-karya yang telah Cozy Republic ciptakan dan rilis silakan unduh beberapa karya mereka di Cozy Republic 4shared.

Website Cozy Republik :
 
Read More »

Jumat, 23 September 2011

1 Profil Shaggy Dog

08.01 Under From Unknown
[ 1 Comment]

Shaggydog adalah sebuah band yang terbentuk di Sayidan-sebuah kampung dipinggir sungai di tengah kota Jogja-yang nyaman dan damai. Pada Tanggal 1 Juni 1997, band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik & Yoyo’ ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Stylee” ; perpaduan antara beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock n’ roll, bahkan sampai rock yang di-mix secara special oleh 6 orang bartender ini.
Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, Song Beach Dub Allstars merupakan sebagian kecil dari band-band yang meng-influence Shaggydog. Yang lain? Pahit manis hidup adalah inspirasi mereka.
Waktu pun berlalu, show demi show mereka jalani. Pada tahun 1999 album shaggydog yang pertama diliris. Dengan label Doggy House (management Shaggydog), Album yang diberi title “SHAGGYDOG” ini membuahkan hasil yang diluar dugaan. 20.000 copy habis terjual. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah band indie. Semenjak itu Shaggydog pun mulai show di daerah-daerah seputar Nusantara…dari Jawa sampai ke Lombok..sampai-sampai mereka rela meninggalkan bangku kuliah.
Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 2001, album kedua yang bertitel “BERSAMA” diliris. Kalau kalian tahu, album ini benar-benar diliris dengan cucuran keringat dan air mata. Motor sang manager pun tergadaikan. Bukan itu saja, rekaman yang berlangsung di Bandung ini sampai memaksa mereka untuk ngamen di kawasan Dago karena kehabisan duit…What a life Man..!!
Tahun 2003 merupakan “Lucky Year” buat Shaggydog. Dimulai New Year Party di UPN Jogja, sekitar 20.000 doggiez tumplek..blek berdansa bersama Shaggydog. Bulan Maret, Mei Shaggydog menjalani Tour 8 Kota (Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Jogja, Magelang). Dari banyaknya show, basic massa yang fanatik, musik yang ceria dan lirik yang nakal dalah beberapa diantara faktor kesuksesan Shaggydog. Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan titel “HOT DOGZ”. Kalau kalian pasang telinga lebar2 selebar kuping gajah…pasti syaraf urat kalian tidak sabar untuk segera mengikuti irama lagu-lagu Shaggydog di album ini.
Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk ikut kompilasi album “ASIAN SKA FOUNDATION” yang berisi band-band ska se-Asia. Sayangnya cuma beredar di Jepang. Lagu “Second Girl” yang diikutkan Shaggydog dalam kompilasi ini.
Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karir Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personil Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka (kaya macan yaa) di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang menunjukkan kalau tidak hanya berharap bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia sekaligus akan membuat persaingan pada industri musik semakin panas.

Personel:
Nama: Heru Wahyono (Heru)
Ttl: Denpasar
Posisi: vokal

Nama: Richard Bernado (Richard)
Ttl: Yogyakarta
Posisi: gitar

Nama: Raymondus Anton Bramantoro (Raymond)
Ttl: Yogyakarta
Posisi: gitar

Nama: Aloysius Oddisey Sanco (Bandis)
Ttl: Yogyakarta
Posisi: bass

Nama: Lilik Sugiyarto (Lilik)
Ttl: Yogyakarta
Posisi: keyboard

Nama: Yustinus Satria Hendrawan (Yoyok)
Ttl: Yogyakarta
Posisi: drum
Read More »

Rabu, 21 September 2011

0 Profil Boys N Roots

07.55 Under From Unknown
[ 0 Comment]
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgLxDtlcjw7ftONt3PWBJ90Ic3rQZKQpbBG7zqPnve67EYR6_hBl0iPggLsZkmpOdT2HJC6irBzW_ml5xPqoOuF7sThWKB_JfF9J2eQZEsnSTWkZLQCfZ9RPpNezCvvkExZoa8R8hSHYY/s1600/boys_n_root-20100730-010-anto.jpg
Satu lagi grup band yang mengusung genre reggae hadir. Kali ini ada band bernama Boys n Roots.

Namanya memang masih asing di telinga kalangan penikmat musik Indonesia. Rabu (6/10/2010) siang, mereka pun resmi meluncukan grup band baru ini di Hard Rock Cafe, Ex Jakarta.

Siapa sajakah yang terlibat di sana? Mereka adalah ketujuh anak muda yang berkeinginan untuk membangkitkan genre musik reggae di Indonesia. Ada Joe (vokal), Donny (bass), Mario (gitar), Imul (gitar), Hendrik (drum), Iir (perkusi), dan Defta (keyboard).

Mereka bertujuh bertemu di Bandung, dimana saat itu sedang ada sebuah pagelaran musik di Kota Bandung. Uniknya awal pertemuan mereka juga tidak lepas dari peran salah satu crew band group kawakan di Indonesia, yaitu Slank.

Awalnya mereka hanya bermain dari cafe ke cafe yang ada di Kota Bandung. Namun, ada yang unik pada penamaan band ini menjadi Boys n Roots. Dahulu nama band mereka sempat berganti-ganti, mulai dari Little G, lalu menjadi Sakai Roots.

Lalu hadirlah seorang executive producer, bernama Boy Nurmawan atau akrab disapa 'Bang Boy'. Karena ia tertarik melihat performance grup band ini, ia langsung mendirikan sebuah perusahaan rekaman sendiri, dimana grup band Sakai Roots inipun namanya diganti menjadi Boys n Roots.

Bang Boy, yang turut hadir siang ini bersama grup band Boys n Roots, juga hadir bersama Ringgo Agus Rahman sebagai model video klip mereka. Lalu ada juga Andi /RIF yang turut datang ke acara ini, sembari berduet membawakan lagu bersama grup band Boys n Roots.

Ringgo sendiri mengatakan bahwa ia mensupport anak-anak Boys n Roots. "Zaman sekarang, semua genre itu bisa diterima di musik Indonesia. Termasuk Reggae juga bisa diterima oleh Indonesia. Justru Reggae itu unik," jelas Ringgo.

Nama Boys n Roots memiliki makna tersendiri, yaitu 'sekelompok anak muda yang mempunyai akar yang kuat'. Lagu-lagu mereka mengusung genre reggae easy listening, seperti lagu andalan mereka yang berjudul 'Ngaku-Ngaku'.

Pada saatnya mereka akan merilis album ke pasaran yang berjudul 'Sakai Vibration'. Lagunya tidak jauh dari tema cinta dan kesetiaan.

Sumber www.tribunnews.com
Read More »

Senin, 19 September 2011

0 Profil Beach Party

11.30 Under From Unknown
[ 0 Comment]
Melihat anak-anak muda jaman sekarang yang mudah terpengaruh dengan jaman moderenisasi sampai gengsi untuk menunjukan keragaman budaya sendiri tapi tidak untuk Beach Party. Berdiri pada 15 maret 2007, dengan filosofi menciptakan suasana seperti di pantai pada setiap perform dan setiap mendengarkan musik mereka. Beach Party bukan hanya ingin meramaikan musik reggae di blantika musik indonesia tetapi memberi warna baru pada musik reggae, yaitu reggae etnik ala indonesia. Suatu kolaborasi yang unik tentunya.
Band yang berasal dari Ciledug, Tangerang ini mempunyai formasi Lili/G-Cay (vokal dan gitar ritmis), Rina (vokal), Faisal/Ambon (gitar melodi), Arie/Shinyo (bass), Rizky/Cekik (keyboard), Anton (perkusi) dan Akbar/Ibenk. Walau belum memeliki album tapi Beach Party telah melahirkan beberapa lagu diantaranya Bendera Kemenangan, Indonesia 1, Just For You, Rastaman, dan We Love Indonesia. Salah satu lagunya yang kental dengan nilai tradisional adalah lagu berjudul “Indonesia 1″.  Mereka mengeksplor musik reggae menggunakan 4 bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, Sunda dan Jawa. 
Beach Party - Bendera Kemenangan.mp3 [Download]
Beach Party - Indonesia 1.mp3  [Download]
Beach Party - Just For You.mp3  [Download]
Beach Party - Rastaman.mp3  [Download]
Beach Party - We Love Indonesia.mp3  [Download]
Read More »

Minggu, 18 September 2011

0 Profil Souljah

04.52 Under From Unknown
[ 0 Comment]
Souljah - Bersamamu

Souljah merupakan sebuah band Jamaican Music yang sudah terbentuk dari tahun 1998, ketika sebagian besar personilnya masih kuliah di Universitas Indonesia. Pada tahun 1999 mereka menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia. Selang beberapa tahun, tepatnya pada tahun 2003 mereka dipercaya untuk ikut album kompilasi “Asian Ska Foundation” yang diproduksi oleh sebuah label Jepang, Authority Records.

Album perdana Souljah - Breaking the Roots rampung pada tahun 2005. Album dengan 12 lagu yang unik dihidangkan ke telinga masyarakat dengan beragam jenis lagu seperti Reggae, Chill out, Traditional ska, Dancehall, Hip Hop, dan lainnya, album Breaking the Roots dapat membuat orang tercengang mendengarnya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena penggabungan groovy beat Dimas, suara lembut dan powerful dari Danar, Jamaican rap yang melodius dari Said, suara trumpet sexy David, nada lembut dan hangat persembahan Renhat, dan tentunya permainan gitar upstroke dari Bayu, gitaris Souljah yang kini telah hengkang dan digantikan posisinya oleh Gema Maulana.

Empat dari 12 lagu tersebut merupakan karya kolaborasi Souljah dengan artis-artis-artis seperti; Soulid yang muncul dalam ”All I Know,” Bad Mono dalam ”The Day The World Turns Into Grey,” Sundari Soekotjo dalam “Lelaki itu,’” dan Happy Salma dalam “Magenta.” Dengan album BREAKING THE ROOTS, Souljah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai breakthrough artis oleh Radio Prambors Jakarta.

Album ke2 Souljah dengan judul BERSAMAMU dirilis pada tahun 2007 yang diikut oleh dirilisnya novel dengan judul yang sama oleh Gagas Media. Album ini telah laku ribuan keping yang membuat Souljah semakin menapakkan kaki di blantika musik nasional.

Sebagai persembahan single dari album ke3 Souljah yang diberi judul Mestakung, maka Souljah mengumandangkan “Hanya Ingin Pulang”. Sebuah lagu yang diciptakan khusus sebagai theme song mudik. Album Mestakung ini juga akan dirilis pada bulan November 2008.
Read More »

Rabu, 07 September 2011

0 Sejarah Djembe

09.34 Under From Unknown
[ 0 Comment]



Djembe atau jenbe/jyembe/jembe/jimbay/jimbe/sanbanyi merupakan warisan budaya yang berasal dari daerah Afrika. Asal usul djembe berasal dari kerajaan Mali sekitar abad 12. Dari semua alat musik pukul Afrika yang paling terkenal adalah djembe dan mengilhami pembuatan drum di seluruh dunia. Asal mula ejaan “jembe” berasan dari huruf “dj” yang merupakan simbol untuk mengingat bahwa bangsa Afrika dulu pernah dijajah oleh Perancis. Kata djembe berasal dari kata “dyembe” yang merupakan kata dari suku Mali. Menurut bangsa Mali djembe berasal dari kata “Anke dje” yang artinya semua orang berkumpul bersama-sama. Karena orang perancis terbiasa dengan menggunakan huruf J, maka lebih sering menggunakan kata djembe. Konon huruf J ini sebagai symbol untuk mengingat sakitnya dijajah oleh Perancis.
Djembe merupakan sebuah kayu yang berbentuk gelas dan ditutup oleh kulit yang diikat dengan tali untuk mengencangkannya. Pada jaman dahulu djembe digunakan sebagai alat komunikasi antara desa satu dengan desa yang lainnya. Mengingat pada masa itu jarak antara desa satu dengan yang lainnya sangat jauh. Pada perkembangannya jimbe digunakan untuk perlengkapan upacara-upacara tradisional masyarakat Afrika.
Menurut kepercayaan orang Afrika terdapat 3 kekuatan roh di dalamnya. Yang pertama  adalah roh dari kayu atau pohon yang menggambarkan kekuatan, ketegasan, penopang dan pelindung. Yang kedua adalah roh dari hewan atau kulit yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dan yang terakhir adalah pembuat djembe itu sendiri yang menggambarkan semangat dari pembuatnya.

Daftar drumer djembe :
Yang masih aktif:
  • C.G. Ryche www.cgryche.com (U.S.A.)
  • Mansa Camio (Guinea)
  • Abdoulaye Diakite (Senegal)
  • Abdoul Doumbia (Mali)
  • Bolokada Conde (Guinea)
  • Drissa Kone (Mali)
  • Séga Sidibé (Mali)
  • Famoudou Konaté (Guinea)
  • Ibrahima Sarr (Mali)
  • Maré Sanogo (Mali)
  • Mamady Keïta (Guinea)
  • Mamady “Wadaba” Kourouma (Guinea)
  • Moussa Traoré (Mali)
  • Iye (Perkusi Asian Roots, Indonesia)

Pensiunan / Meninggal :
  • Babatunde Olatunji (Nigeria)
  • Soungalo Coulibaly (Mali)
  • Yamadu Bani Dunbia (Mali)
  • Fadouba Oularé (Guinea Conakry)
  • Opa Teddy Wardhana (Perkusi Steven & Coconuttreez, Indonesia)
Read More »

Minggu, 04 September 2011

1 Profil Alpha Blondy

05.31 Under From Unknown
[ 1 Comment]


   Alpha Blondy (lahir 1 Januari 1953) merupakan penyanyi reggae Pantai Gading dan artis rekaman internasional. Alpha Blondy lahir Seydou Kone di Dimbokro, Pantai Gading. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa asli nya Dioula, dalam bahasa Prancis dan Inggris, dan kadang-kadang dalam bahasa Arab atau Ibrani. lyrics-Nya menyampaikan sikap politik yang serius dan rasa humor. Secara khusus, ia menciptakan istilah democrature Perancis (yang setara bahasa Inggris adalah “democratatorship”) untuk mengidentifikasi beberapa pemerintah Afrika.
Seydou Kone – lebih dikenal untuk penggemar musik sebagai Alpha Blondy – lahir di Dimbrokro, Pantai Gading, pada 1 Januari 1953. Young Seydou dibesarkan oleh neneknya, Cherie Coco, yang mencurahkan kepedulian dan perhatian pada cucu dihargai nya. Tapi ini tidak selalu memiliki hasil yang diinginkan. Memang, Seydou diusir dari perguruan tinggi pada tahun 1972 dan pemberontak remaja dikirim ke tetangga Liberia untuk menyelesaikan studinya di sebuah sekolah di ibukota, Monrovia. Langkah ini membuka cakrawala baru bagi Seydou muda. Bahasa resmi Liberia menjadi bahasa Inggris, itu juga berarti bahwa Seydou membuat kemajuan besar dalam bahasa ia mulai belajar di sekolah di Pantai Gading. Setelah menyelesaikan sekolah di Liberia, Seydou demikian sempurna dilengkapi dengan baik untuk pindah ke New York dan melanjutkan studi bahasa Inggris di Big Apple.
Selain menyempurnakan bahasa Inggris di New York, Seydou mulai mengambil suatu kepentingan bergairah dalam dunia musik. Dan satu konser khusus di New York adalah untuk memiliki pengaruh besar pada sisa karirnya – pada tahun 1977 Seydou menghadiri kinerja oleh kelompok Burning Tombak legendaris Jamaika dan menemukan dunia indah reggae. Terinspirasi oleh irama menjuluki kuat ia mendengar malam itu, Seydou mulai bernyanyi dengan berbagai kelompok-kelompok lokal. Tetapi ambisi utamanya adalah untuk merekam album sendiri dan memulai karir solo.
Mimpi ini hampir terwujud saat Seydou bertemu dengan produser rekaman terkenal Clive Hunt dan pasangan mulai membahas kemungkinan kerjasama. Sayangnya, Hunt keluar dari proyek di menit terakhir dan Seydou Kone dibiarkan tinggi dan kering tanpa kontrak rekaman. Ini awal kekecewaan dikirim spiral muda Seydou menjadi depresi besar dan ia segera meninggalkan New York, kembali ke Pantai nya asli d’Ivoire dan menyiapkan rumah di ibukota, Abidjan.
Seydou mengalami gangguan saraf tak lama setelah ia kembali ke Abidjan dan penyanyi muda menghabiskan dua tahun berikutnya pulih di sebuah rumah sakit jiwa. Untungnya, musik Seydou membantunya melalui masa krisis pribadi dan ketika ia menandatangani sendiri keluar dari rumah sakit dia kembali ke karir bernyanyi.
Album debut
Ketika Seydou meluncurkan kembali karir bernyanyi di 80-an ia melakukannya dengan nama panggung baru, Alpha Blondy (pun pada “bandit” – kata diucapkan “bondee” dalam bahasa Perancis!). Seydou / Alpha mendapat istirahat pertama utamanya tak lama setelah ia kembali ke dunia musik ketika ia ‘ditemukan’ oleh produser televisi terkenal Fulgence Kassy. Terkesan dengan bakat jelas penyanyi muda, Kassy Blondy diundang untuk tampil di acara TV-nya “kebetulan Première” – dan sisanya adalah sejarah musik!
Setelah penampilannya di TV nasional, Blondy segera melanjutkan untuk mencapai impiannya untuk rekaman album solo. Dan ketika dirilis pada tahun 1983 Blondy’s debut album, terbukti “Jah Glory”, untuk menjadi sukses sejati. Salah satu trek yang paling menonjol di album ini tidak diragukan lagi “Brigadir Sabari”. (Sung dalam bahasa ibu Blondy’s, Dioula, lagu ini terinspirasi oleh serangan polisi penyanyi menyaksikan kekerasan di Pantai Gading).
Blondy segera menjadi bintang besar di kancah musik Abidjan, membuktikan bahwa reggae – yang telah sekian lama dianggap sebagai suara biasanya Jamaika – bisa berhasil ditafsirkan kembali dalam gaya Pantai Gading. catchy beats Blondy’s reggae menjadi semua kemarahan di Abidjan, dan penggemar musik remaja di distrik pusat kota terjadi ibukota segera mengadopsi Blondy sebagai versi nasional mereka sendiri Bob Marley. Dengan sikap suka memberontak, kepribadian bersemangat dan pasokan rupanya tak ada habisnya energi saraf, Alpha Blondy tentu membuat dampak yang besar di kancah musik Afrika Barat. Menyanyi dalam bahasa Perancis dan Inggris serta Baoulé dan nya Dioula asli, Blondy segera melanjutkan untuk menyebabkan utama aduk di kancah musik Eropa juga.
Memang, empat lagu Blondy’s EP “Rasta poué” mencetak hit besar di Eropa, mendorong penyanyi untuk meninggalkan tanah airnya untuk kedua kalinya dan mencoba keberuntungannya di luar negeri lagi. Blondy pindah ke Paris pada tahun 1984, di mana ia segera melanjutkan dengan menandatangani kontrak rekaman dengan Pathé-Marconi (EMI). Bintang Pantai Gading kemudian rekaman album kedua, “Cocody Rock”, di Paris, melompat menyeberangi Channel studio di London untuk mengawasi pencampuran akhir album. Terlebih lagi, status Blondy’s sebagai Bob Marley Pantai Gading menerima semacam konfirmasi resmi, ketika penyanyi terbang ke Kingston untuk mencatat judul lagu dari album barunya dengan kelompok dukungan mantan Marley The Wailers.
Setelah peluncuran “Cocody Rock”, Blondy memulai pada jadwal tur sibuk, melakukan secara luas di seluruh Afrika Barat. energi tinggi penyanyi ini menunjukkan terbukti sukses besar, ratusan penggemar reggae remaja kemasan luar stadion di seluruh wilayah untuk alur untuk memimpin manusia Pantai Gading-reggae.
Ketika Blondy kembali ke Pantai Gading setelah ini tur melelahkan, ia langsung kembali ke studio untuk mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “Apartheid adalah Nazisme”. Blondy’s album ketiga, yang dirilis pada tahun 1985, adalah lagu kebangsaan militan yang menuntut mengakhiri apartheid dan kebebasan untuk semua. “Apartheid adalah Nazisme” juga menampilkan sejumlah menjuluki lebih lembut trek seperti “Yesus datang kembali” – yang ditemukan Blondy menjajaki vena mistik baru!
1986: “Yerusalem”
Blondy lanjutan mistik pendekatan baru pada album keempatnya “Yerusalem”, yang dirilis pada tahun berikutnya. Direkam di studio legendaris Tuff Gong di Jamaika dengan kelompok dukungan mantan Bob Marley The Wailers, “Yerusalem” dipromosikan pesan baru Blondy tentang kesatuan agama. Lagu-lagu di album baru Blondy’s meneliti ajaran Islam, Yudaisme dan Kristen, menggambar inspirasi dari Taurat dan Quran serta Alkitab. Bintang Pantai Gading juga mulai berkhotbah filosofi barunya persatuan agama di panggung – dan ketika Blondy dilakukan di Maroko pada Juli 86 ia memilih untuk menyanyikan lirik Ibrani dari lagu “Jerusalem” kepada audiens Muslim. Beberapa kritikus menganggap ini sebagai tindakan provokasi terbuka, tetapi Blondy melihat dirinya sebagai seorang pria di sebuah misi pribadi untuk mengembalikan keharmonisan beragama di dunia!
Pada musim semi 87 Blondy dan kelompoknya Tata Surya memulai tur utama Perancis, menendang dari putaran sibuk konser di Le Zenith di Paris (pada 6 Maret dan 7). Blondy dan Tata Surya kemudian menuju ke Antilles Prancis untuk melakukan serangkaian konser di Martinique dan Guadeloupe. Pantai Gading Reggae Raja kemudian akibat melakukan tur Eropa yang luas – tetapi ini harus dibatalkan pada menit terakhir. NRJ, stasiun radio independen Perancis yang bertugas mengatur tur Eropa Blondy’s, menyalahkan pembatalan pada “perilaku tidak profesional” si penyanyi. NRJ lakukan tampaknya telah dibenarkan dalam keluhan mereka – perilaku Blondy selama periode ini terkenal tidak menentu untuk sedikitnya. Memang, penyanyi yang sering akan membuat para penggemarnya menunggu hingga dua jam sebelum terlambat naik ke panggung!
Blondy, yang telah menjadi bintang besar di Afrika Barat oleh tahap karirnya, segera mulai bereksperimen dengan gaya musik baru. Gaya baru ini banyak bukti di album baru bintang Pantai Gading itu “revolusi”, yang dicatat di Paris pada tahun 1987. “Revolusi” ditemukan Blondy mengeksplorasi suara yang lebih mellow, biola beradaptasi dan cello untuk reggae biasa bertempat mengalahkan pada lagu “Sweet Fanta Diallo”. Album ini juga termasuk duet balada lambat (“Miri”) yang Blondy direkam dengan diva legendaris Aicha Pantai Gading Kone.
Tapi salah satu trek yang paling menonjol pada “revolusi” – paling tidak dalam hal nilai kebaruan! – Adalah “Jah Houphouët Parle” (Jah Houphouët Speaks). lagu ini persis apa judul dijelaskan – yaitu 10 menit 37 detik dari pidato oleh presiden Pantai Gading-an tercatat lebih dari beat reggae samar-samar. Ini penghargaan untuk Houphouët-Boigny mengambil praktis dua pertiga dari sisi pertama dari album baru Blondy’s! Dan kritikus tidak ragu-ragu untuk menyerang penyanyi untuk itu. Tapi Blondy tetap dingin dalam menghadapi kritik, membela haknya untuk mengekspresikan pandangan politik sendiri.
1988 turun ke awal yang buruk bagi Blondy dengan yang lain serangkaian konser di Paris (di Le Zenith) dibatalkan. Bintang reggae segera bangkit kembali, bagaimanapun, terbang ke Amerika Serikat di mana ia melakukan tur 2 bulan sukses. Tahun berikutnya Blondy menyerah basis di Paris dan kembali ke Abidjan. Tak perlu dikatakan, Blondy kembali ke tanah airnya menyebabkan benar-benar aduk di kancah musik Pantai Gading. Apa lagi, reggae terkemuka Pantai Gading-orang kembali hadiah rumah bantalan – dalam bentuk album barunya “Para nabi”. Blondy, yang menganggap bahwa catatan perusahaannya Pathé Marconi adalah mengabaikan pasar Afrika, telah memutuskan untuk mengambil masalah di tangan dan menjamin promosi album barunya sendiri. Setelah menulis, merekam dan memproduksi “Para nabi” semua sendiri, Blondy juga memutuskan untuk bertanggung jawab atas manajemen sendiri mulai sekarang!
Pada akhir 89 Blondy berangkat tur lain utama dengan grupnya Tata Surya, melakukan jumlah yang mengesankan tanggal di seluruh Afrika Barat. Penyanyi kemudian mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “SOS tribale Guerre” (SOS Tribal War). Namun album, direkam di studio 8-track sederhana di Abidjan, adalah tidak sukses secara komersial besar di luar Pantai Gading.
1991: “Masada”
Namun, Blondy akan segera pergi penembakan kembali ke puncak tangga lagu Eropa. reggae Afrika “enfant mengerikan” kembali ke Paris pada Desember 91, melakukan tiga sangat populer menunjukkan di Elysee-Montmartre yang bertepatan dengan peluncuran album baru berjudul “Masada”. Ini album baru yang sangat baik menampilkan pengaturan oleh Boncaïna Maïga. Dan Denis Bovell (terkenal karena karyanya dengan pangkat penyair legendaris Kwesi Linton Johnson) bertanggung jawab untuk campuran akhir. Tak pelak, Blondy baru tunggal “Rendez-vous” segera terbukti hit besar dan itu datang tidak mengejutkan kepada siapapun ketika penjualan album “Masada” juga meroket, produktif Blondy disk emas pertamanya. Karir dari “rastafoulosophe” (“Rasta-filsuf” sebagai Blondy suka untuk menggambarkan dirinya sendiri) sudah bangun dan berjalan lagi dan tidak ada kesalahan! Riding gelombang keberhasilannya baru-ditemukan, Blondy menggebrak tur Eropa yang luas, finishing sampai dengan konser kemenangan di Le Zenith di Paris.
Namun jadwal tur melelahkan Blondy segera mulai mengambil korban pada saraf rapuh si penyanyi. Setelah menyelesaikan tur Eropa, bintang reggae berputar ke lain depresi besar. Dan pada awal 93 Blondy mengalami kerusakan lain yang menyebabkan dia mencoba bunuh diri.
Untungnya, Blondy segera pulih dari kehancuran gugup nya. Memang, bintang reggae Afrika kembali ke garis depan kancah musik di akhir tahun itu dengan sebuah album baru berjudul “Dieu” (Tuhan). Seperti judulnya, album baru Blondy terbukti lebih mistis daripada sebelumnya. Bergabung di studio oleh sekelompok musisi kelas satu, Blondy dipercepat rock reggae tradisional mengalahkan, meluncurkan ke berbagai isu-isu kontroversial pada lagu seperti “Aborsi adalah Kejahatan”. Penyanyi itu juga menyatakan perasaan pribadinya di jalur yang bergerak “Sembuhkanlah Me”.
Sayangnya, tak seorang pun muncul untuk dapat melakukannya. masalah mental Blondy terus untuk melampiaskan malapetaka di kehidupan pribadinya, menyebabkan dia kembali ke rumah sakit jiwa untuk perawatan lebih beberapa. Tetapi pada akhir 94 Blondy kembali di garis depan dunia musik. Memang pada tanggal 10 Desember tahun itu penyanyi yang dilakukan di Abidjan di sebuah festival musik yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun pertama kematian Presiden Houphouët-Boigny’s. Beberapa hari kemudian Blondy terbang ke Paris, membuat comeback mengesankan di Le Zenith (pada tanggal 29 Desember).
Pada tahun 1996 Blondy kembali dalam grafik sekali lagi dengan “Best of” album kompilasi. Bintang reggae juga kembali ke studio akhir tahun itu untuk mulai bekerja pada sebuah album baru berjudul “Grand Bassam-Sion Rock” (Boncana Maïga bergabung dengannya untuk melihat setelah aransemen musik). Dirilis pada Juni 96, album baru Blondy mengungkapkan penyanyi untuk menjadi poliglot benar – “Grand Bassam-Sion Rock” menampilkan lagu-lagu direkam dalam bahasa Arab, Malinke, Perancis, Inggris, Wolof dan Ashanti! album baru Blondy’s – perpaduan kaya reggae, rock dan funk – juga termasuk versi cover inovatif dari Bob Marley “Natural Mystic”.
1998: “Rabin Ytzah”
Setelah lama meninggalkan catatannya perusahaan EMI, Blondy kembali muncul di dunia musik Pantai Gading pada tahun 1998 dengan merilis album kaset berjudul “Ytzah Rabin” (judul adalah pun simbolik pada nama dibunuh Perdana Menteri Israel Itzhak Rabin) . lagu baru Blondy terbukti lebih keras memukul dari sebelumnya, trek seperti “Armée française” (Tentara Perancis) dan “Guerre civile” (Civil War) mengambil sikap tegas anti kemapanan. penggemar Blondy mungkin menghargai lirik radikal bintang reggae baru, namun politisi terkemuka Pantai Gading jelas tidak. Blondy album CD baru dirilis pada bulan September pada Une Musique (label milik stasiun televisi Prancis TF1). “New Dawn”, sebuah lagu direkam dalam bahasa Inggris, dipilih sebagai rilis single pertama.
Pada tanggal 25 dan 26 Desember 1998, penyanyi menyelenggarakan “Festa 98″ di Grand Bassam, dekat Abidjan. Festival, yang menarik berubah besar-out (hampir 200.000 penggemar musik), berakhir dengan konser oleh Alpha Blondy sendiri, tiba di atas panggung jam 6 pagi.
Blondy melakukan tur baru yang luas untuk mempromosikan “Yitzhak Rabin” di Eropa. Meskipun memutar pergelangan kaki di panggung selama konser pertamanya di Perancis, penyanyi menghormati tanggal yang tersisa dalam tur, tidak ingin mengecewakan fans Perancis. Pada tanggal 13 Maret 1999, Blondy membawa rumah turun di Le Zenith di Paris, dengan kinerja yang mengejutkan yang berlangsung selama tiga jam.
Satu hal yang pasti – Alpha Blondy, Côte d’Ivoire’s Raja yang tak perlu dari reggae, tetap menjadi sosok yang sangat ambigu di dunia musik Afrika. Penyanyi itu tidak hanya dikritik karena lampiran yang berlebihan kepada Presiden Houphouët akhir-Boigny, namun kehidupan pribadinya juga telah membuktikan terkenal tidak menentu dan tidak stabil (Blondy telah beberapa kali menikah dan memiliki empat anak perempuan dan dua anak oleh ibu yang berbeda). Namun, jika Blondy memiliki kritik, ia juga memiliki ribuan penggemar setia siap untuk musim semi untuk pembelaannya. Dan tidak ada yang bisa menyangkal bahwa bintang berwarna-warni secara signifikan telah meningkatkan profil Afrika reggae!
Blondy kemudian melanjutkan untuk menebus masa lalu ambigu politiknya, bagaimanapun, rekaman lagu serangkaian protes di mana ia mengambil berbagai penyebab termasuk kebebasan pers Afrika. Pada akhir November ’99 bintang reggae merilis sebuah single keras memukul berjudul “Journalistes en bahaya” (lagu yang ditulis oleh “Reporters Sans Frontières” Perancis asosiasi) dari mana ia menyumbangkan semua keuntungan untuk wartawan Afrika yang telah dipenjara untuk pandangan politik mereka.
Allah
Bahkan, single ini muncul di album baru Blondy’s, “Elohim” (kata Ibrani yang berarti “Tuhan” atau “Saya orang banyak”). Album ini dirilis di Afrika pada akhir ’99 dan tiba di toko musik Perancis pada bulan Februari 2000. Beberapa trek yang lain pada “Elohim” ditulis dalam vena marah sama, Blondy melampiaskan kemarahan di politik, korupsi penyalahgunaan dan kemiskinan di tanah airnya (cf “Les voleurs de la République”, “Dictature” dan “La antrian du Diable”) . Sebagai span Pantai Gading ke dalam krisis politik pada awal 2000, Blondy mulai memainkan peran yang semakin tinggi profil mengambil bagian dalam debat publik tentang masa depan negara dan berbicara keluar pada beberapa isu-isu kunci.
Hanya dua tahun kemudian Maret 2002 yang Blondy mengeluarkan album berikutnya. Berjudul “Merci”, yang karya baru merayakan tahun kedua puluh seniman di bisnis musik. Pada konferensi pers peluncuran album diadakan di Abidjan, Pantai Gading, yang Reggaeman menyatakan: “Saya ingin berterima kasih kepada Tuhan dan semua orang yang telah memberikan kontribusi bahkan jauh untuk karir saya (…) Saya juga ingin berterima kasih kepada musuh-musuhku Karena kritik mereka dan kepalsuan mereka telah memungkinkan saya untuk memperbaiki. ” (AFP 12/03/02). Seperti politik seperti biasa, album ini menampilkan dua lagu, “Politruc” dan “Feu” yang memberikan kritik politik yang serius. Ini juga termasuk sebuah pamflet terhadap ranjau anti-personil, co-sung dengan Ophélie Winter dan berhak “Siapa kau?”. Band Rap Saïan Supa Crew berkolaborasi untuk judul yang lain, “Wari”.
Alpha Blondy menggebrak tur Perancis baru pada bulan Mei 2002, muncul di Olympia, di Paris, pada tanggal 15 Mei. Pada akhir Agustus, reggaeman Pantai Gading terbang ke Amerika Serikat dan Amerika Latin (di mana dia memiliki status sebagai salah satu tokoh besar dunia reggae internasional). Merayakan dua puluh tahun karirnya, penyanyi yang memulai pada tur-mega pada bulan November 2002, bermain di semua tempat stadion utama di seluruh Afrika. Namun, gangguan politik kembali ke rumah di Pantai Gading mengganggu organisasi tertentu dan tanggal konser beberapa harus dibatalkan. (The Blondy konser itu untuk dilaksanakan di ibukota Burkina Faso Ouagadougou dibatalkan menyusul adanya pelarangan oleh Menteri Dalam Negeri).
Pada tanggal 23 Februari 2003, Alpha Blondy dinominasikan untuk Grammy Award (untuk Best Reggae Album of the Year) dan diundang untuk upacara penghargaan di New York. Tapi bintang Pantai Gading reggae adalah pipped di pos oleh Lee Scratch Perry.
Belakangan tahun itu, reggae UB40 bintang Inggris Blondy diundang ke studio dengan mereka untuk duet pada “Young Guns” (lagu yang termasuk pada versi Perancis dari album “Homegrown”).
Kembali di Jalan
Pada akhir tahun 2003, Alpha Blondy terbang ke Brasil (sebuah negara di mana ia tetap sangat populer). Penyanyi itu kembali ke Brasil pada awal 2004 untuk dua tanggal ekstra dan juga tampil di Argentina. Setelah itu ke Dakar (di mana ia tidak dilakukan selama bertahun-tahun) dan La Réunion.
Pada musim panas tahun 2004, Alpha Blondy mengalami kecelakaan lain, patahan fibula ketika ia terjatuh dari panggung pada akhir konser di Perancis pada bulan Juli. Meskipun memiliki kakinya di plester, penyanyi memanjat kembali di atas panggung pada kruk seminggu kemudian di Belgia, kemudian ditekan pada konser di Brazil dan Argentina. Pada akhir tahun itu, Blondy juga melakukan seri baru tanggal di Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Senegal dan Gambia.
Blondy dijalankan pada kecepatan yang sibuk sama tahun 2005, terbang bolak-balik melintasi dunia untuk tanggal internasional. Setelah tur mini dari Amerika Serikat, bintang reggae Pantai Gading pindah ke Australia dan Selandia Baru. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya ke Portugal, Mauritius dan La Réunion.
Pada bulan Juni 2005, sebuah kompilasi Alpha Blondy, berjudul “Akwaba”, tekan toko kaset. Album ini tidak benar-benar fitur apapun lagu baru, tapi tidak mencakup versi baru dari beberapa hits yang terbesar rerecorded dengan artis-artis tamu, seperti Neg’marrons, Magic Sistem dan Mokobe (dari pakaian rap Perancis 113). Pada tanggal 2 Juli 2005, di tengah-tengah tur Eropa, Alpha Blondy muncul di “Live 8″ (versi Perancis konser Bob Geldof’s penggalangan dana) dipentaskan di halaman Château de Versailles. Sepuluh tanggal diikuti di Amerika Serikat, kali ini, sebagian besar di Pantai Barat dan di Hawaii. Pada bulan Agustus, Blondy pindah ke Meksiko dan Puerto Rico. Pada tanggal 4 September 2005, Alpha Blondy dan tata surya dilakukan di Teluk tahunan 10 Monterey Reggaefest, di California.
Pada tanggal 21 September 2005, reggaeman Pantai Gading menjadi Messenger Perdamaian PBB di Pantai Gading.
Alpha Blondy terus melakukan konser di seluruh dunia sepanjang tahun 2006. Sementara itu, ia juga terus jadwal kampanye sibuk, pertemuan para pemimpin politik di Pantai Gading serta kepala negara dari negara-negara tetangga. Pada tahun 2007, setelah menghentikan off di tiga tujuan yang berbeda di Hindia Barat Prancis, reggaeman Pantai Gading terbang ke Haiti untuk memainkan dua konser di sana pada bulan Maret (sebagai bagian dari festival de Quinzaine La Francophonie ‘). Dia menggunakan kesempatan ini untuk membuat daya tarik publik terhadap kekerasan.
2007: “Kemenangan Jah”
Pada bulan November 2007, Alpha Blondy memecah keheningan lima tahun diperpanjang di bagian depan rekaman, merilis album baru berjudul “Kemenangan Jah.” Bintang Pantai Gading telah bersumpah bahwa ia tidak akan membuat album lain asalkan ada perang di tanah airnya. Dan, benar firman-Nya, Alpha Blondy telah menunggu untuk perjanjian-perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani di Ouagadougou dan kembali ke tenang relatif di Pantai Gading sebelum kembali ke studio.
Alpha Blondy diproduksi “Kemenangan Jah” dengan uluran tangan dari Tyrone Downie (salah satu mantan Wailers Bob Marley) yang juga guested sebagai keyboard player dan programmer musik. Album ini juga menampilkan duo reggae legendaris Jamaika Sly & Robbie pada drum dan bass. “Jah Kemenangan” berkisar sembilan belas lagu, dilakukan di Perancis, Inggris dan Dioula dan nada itu radikal hardhitting, terutama pada trek seperti “Mister Grande gueule”, “Les Salauds” dan “Penjualan racistes.” Namun, di lain waktu “Jah Kemenangan” itu diresapi dengan optimisme biasa Blondy dan mistisisme. Album ini juga menampilkan beberapa kejutan musik termasuk cover inovatif dari klasik Pink Floyd “Wish You Were Here” (lengkap dengan selingan bagpipe), sebuah bagian akordeon tentang “Gban Gban” dan suara gitar rock dan bom meledak di “Les Salauds. “
Alpha Blondy menggebrak nya “Jah Kemenangan” tur di Angola pada bulan Oktober 2007 dan melanjutkan untuk memainkan serangkaian tanggal internasional di Perancis (termasuk konser di Zenith Paris pada tanggal 16 November), Belanda, Jerman dan Italia.
Musim dingin tahun 2007 menampilkan tanggal penting dalam karir Alpha Blondy, para reggaeman kembali ke tampil di Pantai Gading untuk pertama kalinya dalam enam tahun. Pada tanggal 30 Desember, bintang Pantai Gading turun ke panggung di Yerusalem Espace, di Grand-Bassam, headlining di festival Festa – yang, tahun itu, telah secara khusus berganti nama menjadi ‘festival Festarrr’ (3 Rs berdiri untuk Rekonsiliasi, Reunifikasi dan Rekonstruksi).
Read More »