Jam Sekarang
Tanggal
Salam Sapa :
Status Admin :
User : Online Users

Senin, 27 Februari 2012

0 Raja Reggae Jimmy Cliff Dengan Musisi Punk Tim Rancid Amstrong

02.00 Under From Unknown
[ 0 Comment]

Raja Reggae Jimmy Cliff  Dengan Musisi Punk Tim Rancid Amstrong
      
        Ketika Tim Armstrong vokalis Rancid dan Raja Reggae Jimmy Cliff untuk pertama kalinya masuk studio musik untuk menghasilkan karya baru pada bulan Mei 2011, ternyata mereka berdua belum pernah bertemu sebelumnya. "Aku tidak tahu bagaimana ini akan berhasil," kata Armstrong. Pada sesi pertama mereka, Amstrong mengambil sebuah gitar akustik dan mulai melakukan jamming dengan salah satu lagu The Clash berjudul Guns of Brixton. "Cliff untuk sementara waktu mengamatiku, lalu ia pergi menuju ke sebuah drum tangan tua Jamaika dan kami mulai bermain bersama”. "Selama 12 menit, ia seakan terkunci ke dalam ritme yang serius”, kata Armstrong. "Ini seperti sihir."
Cover version dari lagu The Clash ini telah muncul pada karya baru Cliff, pada bulan November ini. Sedangkan untuk album penuhnya direncanakan akan hadir tahun depan. Sejak mendapatkan penghargaan dalam Rock and Roll Hall of Fame tahun lalu, Cliff telah mempersiapkan tentang karya-karya yang akan diwariskannya sebagai seorang seniman besar yang masih aktif dibelantika musik Reggae hingga kini. "Orang-orang di Hall of Fame cenderung untuk bertepuk tangan dan mengatakan, OK! saya sudah melakukan semua itu”, "Tapi bagi saya, itu adalah sebuah awalan yang baru”, kata Cliff (63 tahun).
Cliff kembali membuka kumpulan lagu yang ia pernah tulis pada tahun 2009, ketika ia melewatkan tur tahunannya ke Eropa dan melakukan perjalanan ke Nigeria, Sierra Leone dan Ghana. "Afrika adalah seperti suntikan semangat pada jiwaku”, kata Cliff. "Berada di sana memberikan perasaan yang tinggi pada sisi spiritualku dan lagu pun tercurahkan begitu saja”. Musim panas lalu ia melakukan perjalanan untuk merekam dan menampilkan materi baru untuk albumnya pada RAR sebuah perusahaan program lunak dari AS, yang menurutnya adalah sebuah kesempatan yang langka.
 
Sumber Amerika Serikat, Seruu.com
Read More »

0 Ketiga Putra Bob Marley Jelajahi Afrika Dengan Ducati

01.56 Under From Unknown
[ 0 Comment]

img
Ducati Bersama 3 Putra Bob Marley


               Tiga putra penyanyi legendaris Bob Marley punya cara yang unik untuk mengenang sang ayahanda tercinta. Napak tilas pun dilakukan ketiganya dengan melakukan perjalanan panjang ke tanah leluhur mereka di Afrika. Ducati Multistrada pun dipilih sebagai tunggangan mereka menjelajahi Afrika.

Marley Africa Roadtrip ini diikuti oleh 3 putra Bob Marley yakni Ziggy Marley, Rohan Marley dan Robbie Marley untuk mencari akar keluarga dan musik ayah mereka di Afrika.

Selain itu, perjalanan darat ini terinspirasi oleh perjalanan ayah mereka menjelajahi benua ini 30 tahun yang lalu untuk tampil di konser perayaan kebebasan di Zimbabwe dan akan disiarkan oleh channel Discovery World mulai 2 November mendatang.

Pada perjalanan yang dipimpin oleh putra tertua Bob Marley, Ziggy Marley ini, ketiganya akan benar-benar berbaur dengan penduduk wilayah yang akan mereka lewati. Untuk tidur pun ketiganya akan berteduh dan berkemah bersama penduduk lokal.

Hal itu menurut ketiganya berguna, selain untuk mendekatkan diri dengan kebudayaan Afrika, tapi juga berguna untuk menggali cita rasa musik asli benua ini.

Ducati Multistrada sendiri dibekali mesin berkapasitas 1.200 cc yang mampu menyemburkan tenaga dahsyat hingga 150 Hp pada 9.250 rpm dan torsi 118,7 Nm pada 7.500 rpm, tentu motor ini akan cukup untuk menakuti lawan-lawan di jalan.

Terlebih, Ducati juga menyematkan fitur menarik, seperti teknologi suspensi ektronik. Selain itu teraplikasi active traction control, antilock braking system, serta electronic control unit.
 
Indramayu
Read More »

0 Kisah Seorang Reggaeman dari Myanmar

01.52 Under From Unknown
[ 0 Comment]

Profil Reggae Internasional (Istimewa)

        Penyanyi Reggae Saw Phoe Kwar dari Yangon, Myanmar terlihat denim dengan rambut gimbal dan menghias warna Rastafarian Hijau, Emas dan Merah di rumahnya. Penyanyi Saw ini ingin memberikan penghormatan kepada legenda Reggae Bob Marley dan hal tersebut merupakan hal yang sulit untuk dilewatkan baginya (20/8/10).
Hal ini adalah pemandangan umum dari salah satu jalan utama, yang menunjukkan bahwa Anda berada di pusat kota Yangon, Myanmar. Dalam sebuah negara seperti Myanmar yang diperintah militer, musisi diwajibkan untuk menyerahkan semua lirik lagu mereka kepada badan sensor yang memiliki tugas untuk melarang apa saja yang mereka anggap bertentangan ataupun anti rezim dengan nilai-nilai di negara Budha itu.
"Di Myanmar banyak orang memanggil saya Bob, mereka menganggapku seperti itu”. “Tapi Bob Marley lebih banyak memiliki kebebasan di Jamaika untuk mengekspresikan dirinya dengan musiknya”. “Di sini, di Myanmar saya tidak bisa melakukan hal seperti itu, aku lebih terbatas”, Saw menjelaskan.
Ketika Saw Phoe Kwar tampil dan melawan aturan yang berlaku di Myanmar berulang kali, ia menjadi ikon Reggae di Myanmar. Perlawanannya ini dimulai sejak ia memproduksi debut album solonya sepuluh tahun yang lalu, di mana tiga dari lagu yang ia tulis dinilai tabu oleh pemerintah dan militer Myanmar. "Kita perlu membicarakan hal-hal dan mengekspresikan diri serta bertindak benar-benar untuk masa depan, untuk generasi berikutnya”. “Itulah sebabnya lagu-lagu saya dilarang”, katanya.
Usahanya di album kedua bertemu dengan respon yang lebih aneh lagi. "Semuanya dibatalkan karena mereka tidak tahu apa itu Reggae”. “Ketika mereka menyadari bahwa tidak ada hubungannya dengan politik Myanmar, mereka membiarkan saya pergi”. “Tapi mereka membuat saya membayar 5.000 kyat (50 ribu) untuk setiap penggunaan kata Reggae dalam album saya" jelas Saw.
Meskipun terjadi pembatasan ini, Saw tetap berkarya dan memproduksi lagu-lagu Reggae. Ia berpikir Reggae menawarkan bentuk yang lebih membebaskan ekspresi daripada berbagai genre musik yang lebih populer dari Rock, Hip Hop dan Pop yang saat ini mendominasi perkembangan musik para anak muda di Myanmar.
 
Sumber Seru.com
Read More »

0 Mari Kita Dukung Kemajuan Reggae Di Indonesia

01.47 Under From Unknown
[ 0 Comment]

Wacana Reggae (Istimewa) 
        Fenomena dari apa yang terjadi pada sebagian pecinta, pendengar dan penikmat musik Reggae di  Indonesia adalah tumbuhnya budaya pembajakan terhadap karya-karya seni. Salah satunya adalah terhadap karya musik (lagu). Kebiasaan ini sekan menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan dari generasi muda di Indonesia. Penyimpangan prilaku negatif ini seharusnya dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena kegiatan ini merupakan pelanggaran hak cipta yang tidak dapat ditolerir dan bisa mendapatkan tindak pidana.
Kata Unduh atau yang dalam bahasa asing biasa disebut Download dapat diartikan dengan menurunkan dan Unggah yang dalam bahasa asing biasa disebut Upload dapat diartikan dengan menaikkan. Pertama kali kata unduh dan unggah yang digunakan sebagai pengganti kata download dan upload, dibahas dalam sebuah program acara di televisi. Pada awalnya kata-kata tersebut terdengar aneh untuk digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, ini dikarenakan belum terbiasa dan atau mungkin dikarenakan kita belum tahu asal mula kata-kata tersebut. Saat ini kedua kata tersebut sudah makin sering digunakan di mana-mana, ini yang membuat sudah makin berkurang rasa canggung dari penggunaan kedua kata tersebut.
Indonesia kini memiliki Undang Undang Transaksi Elektronik (UUTE), UUTE ini mengatur transaksi terkait dengan transaksi elektronik. Misalnya Transaksi Data Informasi dan Transaksi Perbankan. Akan tetapi yang amat sangat disayangkan adalah praktek-praktek pelanggaran hak cipta ini masih dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat. Ini dikarenakan hal tersebut adalah hal termudah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh masyarakat, yaitu bisa didapatkan dengan cepat di media internet.
Pelanggaran demi pelanggaran hak cipta ataupun pembajakan karya musik tersebut adalah hal yang utama yang mengakibatkan melemahnya perkembangan musik di Indonesia. Dan penting harus diingat bahwa hampir sebagian besar musisi Reggae di Indonesia berangkat dari indie label bahkan no label, yang mengandalkan modal dari masing-masing pribadi musisinya untuk tetap berjuang menumbuhkan dan mengembangkan musik Reggae di Indonesia agar tetap hidup dan bangkit ke permukaan.
Jadi hanya ada satu cara untuk memajukan musik Regae di Indonesia, yaitu membeli karya-karya asli dari musisi Reggae Indonesia ataupun tiket dari acara-acara musik Reggae yang diselenggarakan oleh para pengada acara. Karena hanya dengan cara tersebut Reggae di Indonesia dapat maju dan terus berkembang di belantika musik Indonesia. Di sisi lain, harganya pasti sesuai dan sebanding dengan yang anda dapatkan dan dengan membeli Anda juga bisa mengenal lebih jauh serta mendapatkan informasi yang lebih dari musisi-musisi Reggae di Indonesia secara langsung. Dan dengan begitu berarti Anda ikut berjuang, memajukan dan terus menghidupkan musik Reggae di bumi tercinta ini.
 
Sumber Seru.com
Read More »

0 Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Rastafari

01.05 Under From Unknown
[ 0 Comment]
Marcus Garvey
Sekitar tahun 1920-an, orang-orang Kingston Jamaica hidup dalam keadaan miskin dan melarat, mereka ditindas oleh penjajah kulit putih ini menganggap 'White Imperialisme'. Kemunculan falsafah yang dikenali sebagai 'Back To Africa' yang dipelopori oleh Marcus Garvey, yang mengajak kaum kulit hitam mengukuhkan kembali kepercayaan mereka terhadap asal-usul nenek moyang mereka. Keyakinan mereka bertambah dan seorang 'Black African' bernama Ras Tafari Makonnen telah ditabalkan sebagai Maharaja Ethiopia dengan gelaran Emperor Haile Selassie 1 dan para pengikutnya menggelarkan beliau Rastafarians dan menganggap mereka salah satu daripada 12 puak Israel dan mempercayai Haile Selassie 1 adalah 'Conquerring Lion of the Tribe of Judah'.
Kepercayaan semasa awal kemunculannya amat radikal berbanding sekarang. Rastafarians membenci golongan kulit putih dan melabel budaya mereka sebagai 'Babylon'-tidak asli dan tidak ikhlas, tamak dan meterialistik. Kematian Haile Selassie 1 pada tahun 1974 memang tidak disangka oleh Rastafarians, malah ada yang menuduh kematiannya satu konspirasi media kaum kulit putih. Bagai manapun budaya dan agama ini terus berkembang walaupun maharaja telah tiada. Nama besar yang telah kembangkan Rastafarianisme tahun 1970an adalah Bob Marley.
Pada mulanya muzik golongan Rastafariansme adalah ska dan berubah ke rocksteady dan reggae. Raggae mengekspresikan mereka, serta memprotes ketidakadilan dan penindasan yang dideritai oleh orang-orang Jamaica.Salah satu aspek Rastafarianisne yang dipandang hina adalah penggunaan ganja sebagai salah satu 'alat utama dalam kehidupan dan upacara keagamaan. Mengenai rambut Dreadlocks ,Rastafarians tidak menggalakkan pengikutnya menyukur, menyikat rambut, atau mengguntingnya seperti dikatakan dalam kitab mereka. Bagi mereka, rambut yang panjang berketul-ketul serta liar tak terurus adalah diibaratkan 'Lion of Judah', satu simbol berbentuk kepala singa yang melambangkan kekuatan Haile Selassie 1.
Beliau dikatakan memiliki cincin kepala singa dan beliau telah menyerahkan kepada Bob Marley sebelum kematiannya. Perkataan 'Dreadlocks' dipopularkan oleh Bob Marley melalui lagu 'Natty Locks'. Dari segi warna merah melambangkan Gereja Triumphant atau gereja Rastafarians dan darah mereka, warna kuning melambangkan kekayaan Ethiopia dan warna hijau melambangkan keindahan dan kesuburan tanaman di Ethiopia.
Marcus Garvey yang mempelopori perjuangan kaum negro secara terorganisir dengan membentuk The Universal Negro Improvement Association yaitu organisasi yang membangun kesadaran baru diantara orang-orang asli Jamaika pada tahun 1914 di Jamaika. Berbeda sekali dengan Bob Marley yang telah menyuarakan kaum tertindas dalam lagu-lagunya tanpa ada usaha untuk membentuk organisasi perlawanan.
Sumbangan terbesar dari Bob Marley adalah mempopulerkan kepercayaan Rastafari keseluruh dunia lewat lagu dan musik yang dimainkan. Seandainya Marcus Garvey tidak membentuk organisasi perlawanan, mungkin budaya rambut rasta tidak akan mendunia seperti sekarang. Budaya yang notabene milik kaum hitam yang sering diidentikkan dengan budaya kaum budak sekarang justru dihargai oleh kaum kulit putih bahkan ditiru habis-habisan, dijual keseluruh dunia sebagai komoditi oleh kaum kapitalis karena mendatangkan keuntungan. Tengok saja dari cara berpakaian, jenis musik yang sering dilantunkan kaum hitam, gaya rambut kaum hitam akhirnya sekarang diadopsi oleh kaum kulit putih yang dahulu merasa yang membuat budaya dunia.
Sejarah gerakan penyadaran identitas kaum kulit hitam, yang kemudian bertemali erat dengan keberadaan musik reggae, mulai disemai pada awal abad ke-20. Adalah Marcus Mosiah Garvey, seorang pendeta dan aktivis kulit hitam Jamaika, yang melontarkan gagasan “Afrika untuk Bangsa Afrika…” dan menyerukan gerakan repatriasi (pemulangan kembali) masyarakat kulit hitam di luar Afrika. Pada tahun 1914, Garvey mendirikan Universal Negro Improvement Association (UNIA), gerakan sosio-religius yang dinilai sebagai gerakan kesadaran identitas baru bagi kaum kulit hitam.
Pada tahun 1916-1922, Garvey meninggalkan Jamaika untuk membangun markas UNIA di Harlem, New York. Konon sampai tahun 1922, UNIA memiliki lebih dari 7 juta orang pengikut. Antara tahun 1928-1930 Garvey kembali ke Jamaika dan terlibat dalam perjuangan politik kaum hitam dan pada tahun 1929 Garvey meramalkan datangnya seorang raja Afrika yang menandai pembebasan ras kulit hitam dari penindasan kaum Babylon (sebutan untuk pemerintah kolonial kulit putih—merujuk pada kisah kitab suci tentang kaum Babylon yang menindas bangsa Israel). Ketika Ras Tafari Makonnen dinobatkan sebagai raja Ethiopia di tahun 1930, yang bergelar HIM Haile Selassie I, para pengikut ajaran Garvey menganggap Ras Tafari sebagai sosok pembebas itu. Mereka juga menganggap Ethiopia sebagai Zion—tanah damai bak surga—bagi kaum kulit hitam di dalam maupun luar Afrika. Ajaran Garvey pun mewujud menjadi religi baru bernama Rastafari dengan Haile Selassie sebagai sosok yang di-tuhan-kan.
Pada bulan April 1966, karena ancaman pertentangan sosial yang melibatkan kaum Rasta, pemerintah Jamaika mengundang HIM Haile Selassie I untuk berkunjung menjumpai penghayat Rastafari. Dia menyampaikan pesan menyediakan tanah di Ethiopia Selatan untuk repatriasi Rasta. Namun Haile Selassie juga menekankan perlunya Rasta untuk membebaskan Jamaika dari penindasan dan ketidak adilan dan menjadikan Rastafari sebagai jalan hidup, sebelum mereka eksodus ke Ethiopia.
Tahun-tahun setelahnya kredo gerakan tersebut makin tersebar luas, yakni “Bersatunya kemanusiaan adalah pesannya, musik adalah modus operandinya, perdamaian di bumi seperti halnya di surga (Zion) adalah tujuannya, memperjuangkan hak adalah caranya dan melenyapkan segala bentuk penindasan fisik dan mental adalah esensi perjuangannya.”
Ketika Bob Marley menjadi pengikut Rastafari di tahun 1967 dan setahun kemudian disusul kelahiran reggae, maka modus operandi penyebaran ajaran Rastafari pun ditemukan: reggae.
Read More »